Marilah kita tingkatkan takwa kepada Allah, taatlah kepada-Nya dan taatlah kepada Rasul-Nya. Berpegang tegulah kalian pada agama Allah dan bersabarlah. Janganlah kalian merasa susah, sedih ataupun berduakcita dalam menjalani hidup ini, tapi tetaplah lurus berada dalam iman, Islam dan ihsan.
Dalam hidup ini memang semua orang pasti pernah merasa susah, sedih atau kecewa, baik ringan atau berat, baik dalam urusan pribadi, keluarga maupun urusan umat. Penyebabnya pun macam-macam. Ada yang susah karena sulit mendapat pekerjaan, ada yang sedih lantaran di tinggal mati oleh orang yang dicintai, ada pula yang sedih karena cita-cita atau perjuangannya kandas ditengah jalan.
Pendeknya, kehidupan tidak pernah sepi dari cobaan dan ujian, yang sewaktu-waktu dapat menimpa setiap orang.
Pendeknya, kehidupan tidak pernah sepi dari cobaan dan ujian, yang sewaktu-waktu dapat menimpa setiap orang.
Karna itu sebaiknya setiap cobaan, apapun bentuknya, perlu kita hadapai dengan sikap husnudhan, yakni berprasangka baik kepada Allah. Sebab Rasulullah Saw. Bersabdah:
“Barang siapa dikehendaki oleh Allah mendapat kebaikan, maka diberi-Nya ia cobaan.” (HR. Bukhari)
Banyak kesedihan dan kekecewaan yang bisa dialami manusia didunia ini desebabkan oleh cobaan yang mereka hadapi. Ada orang yang berhasil mengatasinya dengan mulus, namun tak sedikit orang yang kurang mampu, bahkan gagal mengatasinya dan tenggelam dalam keputusasaan.
Ada yang bersyukur kepada Tuhan, lalu mewujudkan rasa syukurnya dengan meningkatkan taqwa dan amal kebaikan. Tetapi juga ada yang mengklaim bahwa cobaan itu teratasi berkat kepintarannya dirinya, ia menakfikan pertolongan Allah, karna terlalu bangga akan kemampuan dirinya.
Persis seperti yang telah disinyalir dalam Al-Qur’an:
Persis seperti yang telah disinyalir dalam Al-Qur’an:
“Jika kami berikan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, lalu kenikmatan itu Kami cabut, pasti dia menjadi putus asa dan ingkar. Dan jika Kami berikan kepadanya kebahagiaan sesudah bencana yang menimpanya, niscaya dia akan berkata: ‘Telah hilang bencana-bencana itu dari ku’, dia sangat gembira dan membanggakan diri.” (Qs. Hud: 9-10)
Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali cobaan Allah yang kita temui, hanya saja tidak semuanya bisa kita hinder. Mengapa demikian ? Sebab Allah swt. Menguji manusia bukan hanya sebatas kesdihan dan kesengsaraan, tapi juga berbagai kesenagan dan kenikmatan lahir. Meskipun pada umumnya yang bisa disadari dan dirasakan benar-benar oleh manusia Cuma cobaan yang menyedihkan atau hal-hal yang bersifat tidak menyenangkan. Sedangkan kenikmataan tak pernah terpikir, apalagi disadari, sebagai bentuk lain dari cobaan Tuhan.
“Adapun manusia bila Tuhan mengujinya dengan diberi kemuliaan dan kesenangan, maka dia berkata, ‘Tuhanku telah memuliakanku’. Apapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata, ’Tuhan menghinaku’.” (Qs. Al Fajr: 15-16)
Padahal dalam hidup ini siapa pun akan mengalami cobaan. Orang kaya maupun miskin, tua maupun muda, ternama ataupun jelata, sama-sama akan menerima ujian hidup. Dan untuk mengatasinya, kesabaran merupakan salah satu kunci keberhasilannya. Karena itu Rasulullah Saw.
Telah mem-peringatkan:
Telah mem-peringatkan:
“Sabar itu ada tiga macam, yaitu sabar atas datangnya musibah, sabar didalam melakukan ketaatan, dan sabar untuk meninggalkan kemaksiatan.”
Dan sabdanya lagi:
“Jika seseorang mendapatkan kenikmatan ia bersyukur, maka bersyukur itu lebih baik baginya, dan bial mendapatkan kesusahan ia bersabar maka kesabaran itu lebih baik baginya.” (HR. Muslim)
Oleh sebab itu bila seseorang pandai menempatkan kesabaran secara proporsional, niscaya segala masalah kehidupan ataupun cobaan yang menghadang akan dapat dihadapi dengan tenang dan diterimanya dengan tawakal, sehingga sesuatu yang mestinya akan mengecewakan bisa diream atau tidak berkembang menjadai tekanan perasaan ataupun keputusan.
Apabila seseorang tidak mampu mengatasi musibah atau cobaan yang menimpa dirinya dengan sabar, maka tidak jarang ia akan mendapatkan gangguan perasaan atau kejiwaan, lalu menjadi putus asa dan hilang semangat, bahkan bisa menggangu kesehatan jasmaninya. Begitulah, kesabaran memang merupakan sesuatu yang sangat menentukan corak kehidupan seseoarng, yang karenanya perlu dimiliki oleh setiap orang, sebagaiman diperitahkan Allh swt:
“Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya itu termasuk hal-hal yang diwajibkan leh Allah.” (Qs. Luqman: 17)
Jadi, bersikap sabar itu harus disertai usaha untuk memahami kegagalan demi kegagalan seobyektif mungkin. Kemudian mencari sebab-sebab, sehingga masalah yang semula dirasakan berat menjadi tekanan batin dapat dicarikan jalan keluarnya. Apabila bagi orang yang beriman di mana Rasullah Saw. Telah menjanjikan:
”Barangkali berusaha bersikap sabar maka Allh akan menyabarkannya. Dan seseorang takkan diberi karunia Allah yang lebih baik dari pada kesabaran.” (HR. Bukhari Muslim)
Kemudian jika sudah diupayakan dengan perbagai ikhtiar namun kegagalan itu tetap saja dialami, maka sebagi orang mukmin ia diperintahkan supaya dapat menerima dengan tabah dan lapang dada. Disamping itu mukmin harus berkeyakinan, bahwa apa yang dialaminya itu tentu mengandung hikamh. Allah berfirman:
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu yang padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Qs. Al Baqarah: 216)
“ Bersabarlah, dan tiadalah kesabaranmu itu melaikan dengan pertolongan Allah.” (Qs. An Nahl: 127)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar